SOEGENG RAWUH...
Powered By Blogger

Senin, 22 Februari 2010

"Successful people think differently than unsuccessful people"


Ungkapan ini berusaha menjelaskan bahwa perbedaan utama antara orang sukses dan orang gagal ada pada cara berpikirnya. Mereka yang sukses adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan berpikir untuk terus memperbaiki hidupnya sehingga lebih baik.

Orang-orang yang sukses ini adalah mereka yang memiliki tipe berpikir positif.

Tipe berpikir orang-orang sukses ini adalah:

1. Big picture thinking bukan small thinking
Cara berpikir ini menjadikan mereka terus belajar, banyak mendengar dan terfokus sehingga cakrawala mereka menjadi luas.

2. Focused thinking bukan scattered thinking
Sehingga dapat menghemat waktu dan energi, loncatan-locatan besar dapat mereka raih.

3. Creative thinking bukan restrictive thinking
Proses berpikir kreatif ini meliputi: think-collect-create-correct-connect.

4. Realistic thinking bukan fantasy thinking
Memungkinkan mereka meminimalkan risiko, ada target & plan, security, sebagai Katalis dan memiliki Kredibilitas.

5. Strategic thinking bukan random thinking
Sehingga simplifies, customize, antisipatif, reduce error and influence other dapat dilakukan.

6. Possibility thinking bukan limited thinking
Mereka dapat berpikir bebas dan menemukan solusi bagi situasi yang dihadapi.

7. Reflective thinking bukan impulsive thinking
Memungkinkan mereka memiliki integritas, clarify big picture, confident decision making.

8. Innovative thinking bukan popular thinking
Menghindari cara berpikir yang awam untuk meraih sesuatu yang lebih baik.

9. Shared thinking bukan solo thinking
Berbagi pemikiran dengan orang lain untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

10.Unselfish thinking bukan selfish thinking
Memungkinkan mereka berkolaborasi dengan pemikiran orang lain.

11.Bottom line thinking bukan wishful thinking
Berfokus pada hasil sehingga dapat meraih hasil berdasarkan potensi pemikiran yang dimiliki.

SUMBER: THINKING FOR A CHANCE
PENGARANG: JOHN C. MAXWELL
PENERBIT: WARNER BUSINESS BOOKS (2003)

Minggu, 21 Februari 2010

Ahad, 06 Desember 2009 - 22:36:29, Penulis : Al-Ustadzah Ummu 'Abdirrahman Bintu 'Imran
Kategori : Cerminan Shalihah

Hafshah bintu Sirin


Seorang wanita keturunan Anshar yang mulia. Seorang wanita yang faqih terhadap agamanya. Bersaudara dengan orang-orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dengan ilmu dan bashirah. Hafshah bintu Sirin Al-Anshariyyah Al-Bashriyyah.

Berkunyah dengan nama putranya, Ummul Hudzail. Dia putri tertua, saudari kandung seorang tabi’in mulia, Muhammad bin Sirin rahimahullahu. Ayahnya adalah bekas sahaya Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu karena menjadi tawanan dari Jarjaraya, sebuah wilayah di dataran rendah Nahrawan, antara Wasith dan Baghdad dari sisi timur. Ibunya bernama Shafiyyah. Saudara-saudara sekandungnya yang lain adalah Yahya, Karimah, dan Ummu Sulaim.
Dalam usia dua belas tahun, Hafshah bintu Sirin telah menghafal Al-Qur’an. Kemudian dia mengambil riwayat dari banyak tokoh yang berilmu, di antaranya Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyyah radhiyallahu ‘anha, Khairah ibunda Al-Hasan Al-Bashri, dan Abul ‘Aliyah. Banyak pula yang meriwayatkan ilmu darinya, seperti saudaranya Muhammad bin Sirin, Qatadah, Ayyub As-Sikhtiyani, Khalid Al Hadzdza’, Ibnu ‘Aun, Hisyam bin Hassan rahimahumullah, dan yang lainnya.
Dengan ilmu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan, ia banyak mendapatkan pujian. Iyas bin Mu’awiyah rahimahullahu mengatakan, “Tak kudapatkan seorang pun yang lebih kuutamakan daripada Hafshah.” Lalu beliau ditanya, “Bagaimana dengan Al-Hasan (Al-Bashri, pen.) dan Ibnu Sirin (Muhammad bin Sirin, red.)?” “Adapun aku sendiri, aku tidak mengutamakan seorang pun atas Hafshah,” tegasnya.
Pada usia 70 tahun, Hafshah kembali menghadap Rabbnya. Hafshah bintu Sirin Al-Anshariyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya.

Sumber bacaan:
Ath-Thabaqatul Kubra, Al-Imam Ibnu Sa’d (10/448)
Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi (4/507,606)
Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (35/151-153)